Dua minggu setelah menikah ternyata saya masih mendapatkan haid, dan kegiatan berjalan sesuai dengan jadwal yang semestinya saya masih mengajar di Sekolah, kemudian dilanjutkan dengan beberapa private barulah bisa pulang kerumah dan menikmati empuknya kasur baru (maklum kasur pengantin baru sih). Sambil berleha-leha dan menyiapkan materi untuk keesokan harinya tiba-tiba ada rasa cenat cenut dipayudara sebelah kanan, awalnya karena saya pikir itu karena efek bra yang dipakai akhirnya dilepas, kemudian masih terasa cenat cenut kembali dan lagi-lagi berspekulasi sendiri karena saya sering sekali tidur dengan posisi tengkurap, tapi ternyata masih saja berasa cenat-cenut, dan akhirnya mau tidak mau harus memeriksa sendiri dan jiaaaaaaaaaaaaaaaaaah ada benjolan besar dipayudara saya .
Panik ??? jelas iya dong, karena benjolan itu cukup besar untuk ukuran dipayudara, tapi karena masih meraba-meraba dan belum yakin apakah itu maka saya memutuskan untuk mencari informasi dari internet dan berita yang saya baca di internet ternyata semuanya menakutkan, walhasil semakin paniklah saya. keesokan harinya langsung saya berkonsultasi dengan ibu dan untunglah ibu bukan orang yang gampang panik beliau menyarankan saya untuk ke YKI (Yayasan Kanker Indonesia) , belum kesana saya sudah ditelpon oleh sahabat saya enifia yang panjang kali lebar menjelaskan tentang benjolan yang saya derita yang membuat saya malah semakin penasaran .
Setelah mendapat ijin dari Sekolah saya langsung pergi ke YKI disana saya hanya disuruh menceritakan kronologi dan ciri-ciri dari benjolan yang saya derita apakah benjolan itu bisa bergerak-gerak, bersifat lunak atau keras dan setelah diskusi maka didapatkan kesimpulan bahwa itu tidaklah berbahaya karena biasanya benjolan yang berbahaya tidak bergerak dan keras sekali, sementara benjolan disaya itu meski keras tapi dia bisa bergerak kekiri dan kekanan, kemudian seiring dengan haid saya yang hampir selesai maka benjolan itu juga mengecil . Sedikit legalah saya, tapi untuk benar-benar memastikan maka saya bertanya dimana saya harus memeriksakan benjolan ini dan mereka menjawab “dokter bedah”.
Tak menunggu lama esok harinya saya pergi menemui dokter bedah dan menceritakan selengkapnya mengenai keluhan benjolan saya dan setelah diperiksa dimana letak benjolan tersebut saya kemudian disarankan untuk melakukan biopsi terlebih dahulu untuk memastikan apakah sifat dari cairan yang berada dibenjolan tersebut. saya ditemani ibu tercinta langsung menuju klinik yang ditunjuk untuk melakukan biopsi. Saya awalnya tidak tahu biopsi itu apa, kemudian saya bertanya kepada petugas di Klinik tersebut apa yang dimaksud dengan biopsi dan mereka menjawab “penyedotan cairan menggunakan suntik”, “suntik” kataku. saya adalah orang yang sangat takut dengan jarum suntik, sewaktu diinfus karena demam berdarah saja saya menangis apalagi ini duh bayangan saya sudah kemana-mana, tapi karena desakan ibu akhirnya mau tidak mau saya harus masuk juga kedalam kamar biopsi tersebut.
Basa basi dokter hanya sebentar (bagi saya) karena saya sudah sangat tremor dan benaaaaaaaaar sudah waktunya saya segera melakukan biopsi, saya berdoa dan ingin menangis , bahkan berkali-kali suster menyuruh saya agar santai (haduh bagaimana saya bisa santai suster cantik), tak berapa lama jarum suntik itu masuk kedalam tubuh saya dan ajaibnya tidak berasa sakit (ya iyalah yang dipakai kan jarum yang ukurannya paling keciiiiil LOK), setelah diambil sekian cc dan selesai ternyata benjolan sudah menghilang (senang juga sih hahahahahahah). Giliran menunggu hasil saja yang lama sekitar satu jam tapi hasil harus dibacakan oleh dokter yang merekomendasikan, artinya besok ssaya harus kembali ke dokter bedah saya.
Esoknya saya langsung kembali ke dokter bedah dan dibacakan hasilnya yang ternyata sesuai dengan dugaan dokter yaitu benjolan saya disebabkan karena hormon estrogen saya yang sedang tidak stabil. jadi menurut dokter saya payudara itu disusun oleh jaringan lemak, jaringan ikat dan juga kalenjar susu. Biasanya yang terjadi kasus benjolan terjadi dari kalenjar susu sementara saya dari jaringan ikat (termasuk hormon estrogen). Kemudian saya bertanya “dok bagaimana ya supaya tau apakah benjolan itu bahaya atau tidak”.
kemudian dokter menjawab “setiap benjolan yang ada didalam tubuh harus dianggap berbahaya karena kita memang tidak tahu sifat cairannya, lebih baik beranggapan bahwa itu berbahaya sehingga cepat dilakukan biopsi dan selesai daripada kita menganggapnya tidak berbahaya dan ternyata benjolan tersebut berbahaya”
maka berdasarkan pernyataan dokter tersebut sebaiknya jika anda menemui benjolan terutama dipayudara jangan panik dahulu, jangan langsung percaya berita di internet karena belum tentu bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya (kadang makin membuat panik) dan yang pasti segera periksa siap tidak siap memang itulah yang terbaik, takut tidak takut ya harus dihadapi. jangan lupa selalu lakukan SADARI untuk payudara kita .
Di bawah ini adalah langkah-langkah dari Yayasan Kanker Indonesia yang bisa Anda ikuti saat melakukan SADARI:
1. Berdiri tegak. Cermati bila ada perubahan pada bentuk dan permukaan kulit payudara, pembengkakan dan/atau perubahan pada puting. Jangan khawatir bila bentuk payudara kanan dan kiri tidak simetris.
2. Angkat kedua lengan ke atas, tekuk siku dan posisikan tangan di belakang kepala. dorong siku ke depan dan cermati payudara; dan dorong siku ke belakang dan cermati bentuk maupun ukuran payudara. Otot dada Anda dengan sendirinya berkontraksi saat Anda melakukan gerakan ini.
3. Posisikan kedua tangan pada pinggang, condongkan bahu ke depan sehingga payudara menggantung, dan dorong kedua siku ke depan, lalu kencangkan (kontraksikan) otot dada Anda.
4. Angkat lengan kiri ke atas, dan tekuk siku sehingga tangan kiri memegang bagian atas punggung. Dengan menggunakan ujung jari tangan kanan, raba dan tekan area payudara, serta cermati seluruh bagian payudara kiri hingga ke area ketiak. Lakukan gerakan atas-bawah, gerakan lingkaran dan gerakan lurus dari arah tepi payudara ke puting, dan sebaliknya. Ulangi gerakan yang sama pada payudara kanan Anda.
5. Cubit kedua puting. Cermati bila ada cairan yang keluar dari puting. Berkonsultasilah ke dokter seandainya hal itu terjadi.
6. Pada posisi tiduran, letakkan bantal di bawah pundak kanan. Angkat lengan ke atas. Cermati payudara kanan dan lakukan tiga pola gerakan seperti sebelumnya. Dengan menggunakan ujung jari-jari, tekan seluruh bagian payudara hingga ke sekitar ketiak. Ulangi langkah ini pada sisi berlawanan, untuk mencermati payudara sebelah kiri. (Imelda Suryaningsih)
Ingat Jangan Panik Dahulu ya !
Rumah Pohon
21 April 2016
11.31 wib